Minggu, 07 November 2010

3 Rahasia Untuk Terlepas Dari Belenggu Masalah

Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua ” Kisah Para Rasul 16:26
Filipi, suatu kota di daerah Makedonia, merupakan salah satu tujuan Rasul Paulus dan rekannya Silas dalam pelayanan misi mereka. Seperti halnya di tempat lain, di kota ini Paulus juga mendapat tentangan dari orang-orang yang tidak suka akan pemberitaan injil. Bahkan mereka ditangkap dan didera, kemudian dimasukkan ke dalam penjara.
Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.” Kis 16:23-24
*courtesy of PelitaHidup.com
Keadaan ini tidak mempengaruhi semangat Paulus dalam mengikut Yesus ataupun memberitakan injil. Bahkan kita akan melihat bahwa belenggu maupun penjara tidak dapat membungkam dan menghalangi pelayanan mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali belenggu dosa maupun masalah yang mengikat kehidupan kita. Bahkan hidup kita seperti terpenjara, sehingga kita merasa bahwa kita tidak sanggup lagi berbuat apa-apa. Pengharapan hilang ditelan oleh keadaan maupun kondisi yang dialami.
Pekerjaan yang tidak menentu, orang-orang di sekeliling yang membenci kita, keuangan yang selalu berkekurangan, rumah tangga maupun keluarga yang selalu bermasalah, teman pelayanan yang juga selalu bertentangan dengan kita; semuanya itu yang selalu kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi keadaan ataupun masalah yang terjadi tidak boleh menghalangi kita untuk tetap setia di dalam Tuhan. Jangan sampai kondisi tersebut justru membelenggu bahkan memenjarakan hidup kita sehingga kita tidak dapat berbuat maksimal bagi kemuliaan nama Tuhan.
Berikut rahasia dari Rasul Paulus sehingga dia dapat terlepas dari belenggu dan penjara:
1. Doa dan Puji-pujian

*courtesy of PelitaHidup.com
Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.” Kis 16:25
Penjara tidak membuat Paulus dan Silas bersedih, muram, menangis, putus asa ataupun stres.Tetapi mereka justru menaikkan doa dan puji-pujian kepada Allah. Dipenjara ataupun tidak, tidak menjadi alasan bagi Paulus untuk berhenti berdoa atau memuji Tuhan. Dalam segala keadaan dia tetapi bersyukur kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun susah.
*courtesy of PelitaHidup.com
Puji-pujian yang dinaikkan akan membawa kekuatan bagi hidup kita. Terlebih lagi jika kita berada dalam suatu masalah. Ada kuasa di dalam puji-pujian. Tuhan bertahta di atas puji-pujian kita (Maz 22:4).
Bahkan lewat doa dan puji-pujian, kita akan terlepas dari belenggu dan penjara yang mengurung hidup kita.
Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua. ” Kis 16:26
*courtesy of PelitaHidup.com
.
2. Mempererat Hubungan dengan Tuhan
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.” Fil 3:10-11
Penderitaan yang dialami Paulus tidak membuat dirinya berhenti untuk mengenal Tuhan. Setiap derita dan aniaya yang dialaminya membuat Paulus lebih mengenal Allahnya. Paulus tahu bahwa pengenalan akan Tuhan merupakan suatu hal yang melebihi segalanya. Dan pengenalan akan Tuhan merupakan suatu harta yang begitu berharga yang jauh lebih bernilai dibandingkan segala apapun yang ada di dunia ini.
Oleh sebab itu, penjara tidak membuat Paulus bersedih, karena dia tahu bahwa dia memiliki sesuatu yang sangat berharga dalam dirinya. Dan Paulus tidak mau melepaskan hal itu, bahkan dia ingin lebih lagi mengenal Kristus agar dia dapat memperoleh mahkota yang sudah disiapkan baginya.
Masalah maupun pencobaan diijinkan Tuhan bagi hidup kita agar kita dapat lebih mengenal dan mendekat kepada Tuhan. Sakit penyakit, kebangkrutan, kegagalan dan bahkan pergumulan bertahun-tahun terjadi dalam hidup kita agar kita dapat lebih lagi mempererat hubungan kita dengan Tuhan.
Dan ketika kita semakin intim lagi dengan Dia, maka tidak ada yang dapat menghalangi dan membelenggu semangat hidup kita, oleh karena sesuatu yang berharga telah menjadi bagian dalam hidup kita. Dan kita tahu pasti bahwa setiap janjiNya akan digenapi dalam hidup kita.
Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. ” Maz 73:25-26
.
3. Berpikir Positif
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Fil 4:8
Aniaya dan penjara bisa saja membuat Paulus merasa putus asa. Dia bisa saja kecewa dan protes kepada Tuhan. Dan sebagai manusia, dia juga bisa saja mengeluh dan bersungut-sungut. Tetapi yang kita lihat justru segala sesuatu yang positif keluar dari mulutnya. Dia tahu bahwa pikiran yang positif akan membawa dia kepada kemenangan.
Ketika bangsa Israel berada di padang gurun untuk menuju ke tanah perjanjian, banyak dari mereka yang bersungut-sungut atas keadaan yang mereka alami. Sebagian dari bangsa Israel yang bersungut-sungut ini tidak dapat masuk ke dalam tanah perjanjian (Bil 14:27-30).
Ketika kita berpikiran negatif, menggerutu, mengomel dan mengeluh, maka kita sedang melepaskan berkat yang sebenarnya sudah menjadi bagian kita. Marilah kita senantiasa berpikiran positif dalam keadaan seburuk apapun yang kita alami. Dengan demikian maka berkat Tuhan akan mengalir bagi kita. Masalah maupun pencobaan apapun tidak dapat membelenggu hidup kita yang senantiasa berpikiran positif. Kita akan terus melangkah maju meraih kemenangan demi kemenangan..
Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.” Fil 4:9
Rasul Paulus memberikan teladan yang begitu berharga bagi kita semua. Dia melakukan segala kehendak Bapa di surga dalam setiap langkah hidupnya. Penjara dan aniaya tidak dapat membelenggu hidupnya. Bahkan ketika dia tetap menjaga hidupnya murni di hadapan Tuhan, nama Tuhan semakin dimuliakan.


sumber:(pelitahidup.com)

Sabtu, 06 November 2010

Hidup Oleh Roh Mengalahkan Keinginan Daging

“Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh” Galatia 5:24-25

Tuhan senantiasa mengijinkan proses demi proses terjadi dalam hidup kita agar karakter kita dapat semakin disempurnakan hingga seperti Yesus.

Tapi dalam proses demi proses yang dijalani, keinginan daging senantiasa timbul dalam hidup kita. Sehingga pada akhirnya banyak umat Tuhan yang merasa putus asa, kenapa keinginan daging selalu mendominasi hidup mereka. Mereka menjadi bertanya-tanya, mengapa susah untuk melakukan perintah Tuhan.
*courtesy of PelitaHidup.com
Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.

Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu–seperti yang telah kubuat dahulu–bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” Galatia 5:19-21

Keinginan daging selalu bertentangan dengan keinginan Roh, demikian juga sebaliknya. Firman Tuhan menyatakan bahwa siapapun yang hidupnya masih dikuasai oleh keinginan daging tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa amarah, iri hati atau perselisihan bisa membuat kita tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Bukankah Yesus sendiri juga pernah marah ketika Bait Suci digunakan untuk tempat berjualan?

Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.” Efesus 4:26

Tuhan tidak melarang kita untuk marah, tetapi biarlah amarah yang keluar tidak membawa kita kepada dosa. Maksudnya adalah jika kita membiarkan amarah kita berlarut-larut hingga menjadi dendam berhari-hari, berminggu-minggu bahkan bertahun-tahun, maka kita telah berdosa di hadapan Tuhan. Jangan biarkan amarah kita terlalu lama, segera bereskan secepat mungkin agar kita tidak jatuh ke dalam dosa.
*courtesy of PelitaHidup.com
Sebelum kita mengenal Yesus, keinginan daging telah begitu menguasai hidup kita. Bahkan keinginan daging telah menjadi suatu hal yang biasa dalam hidup kita. Oleh karena itu ketika kita mengenal Yesus, walau hati kita sudah percaya kepadaNya, tidak mudah untuk menghilangkan kebiasaan lama. Kita harus selalu berusaha agar keinginan daging tidak menguasai hidup kita.

Bagaimana agar keinginan daging tidak lagi menguasai hidup kita? Kuncinya adalah dengan hidup oleh Roh.
*courtesy of PelitaHidup.com
Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.” Galatia 5:16

Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
” Galatia 5:22-23

Buah Roh hanya keluar ketika kita hidup di dalam Firman Tuhan, menjaga kehidupan doa, dan senantiasa melakukan apa yang menjadi perintahNya. Ketika kita hidup di luar Tuhan, maka kita tidak dapat hidup berbuah.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” Yohanes 15:4

Hanya hidup yang memiliki buah Roh-lah yang dapat mengalahkan segala keinginan daging yang timbul. Rasa amarah akan dikalahkan oleh kesabaran. Segala percabulan, kecemaran dan hawa nafsu akan dikalahkan oleh penguasaan diri. Kejahatan, perselisihan, iri hati, percideraan dan lainnya akan dikalahkan oleh kebaikan.

Hiduplah di dalam Tuhan, hiduplah oleh Roh, sehingga karakter kita akan menjadi semakin sempurna seperti Yesus.

Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Matius 5:48



sumber : (pelitahidup.com)

Jumat, 05 November 2010

Ucapan Syukur: Sikap Yang Mendatangkan Mujizat

Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak.
Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh. Yang ikut makan ialah empat ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak
.” Matius 15:36-38

Kisah ini terjadi setelah Yesus berkotbah kepada orang banyak dan menyembuhkan orang-orang yang sakit. Kemudian Yesus berkata kepada murid-muridNya bahwa mereka harus memberi makan kepada orang banyak. Tetapi yang ada pada mereka hanyalah beberapa roti dan ikan, yang secara manusia, makanan tersebut tidak akan cukup untuk memberi makan ribuan orang.

Yesus meminta murid-muridNya untuk membawa makanan tersebut dan kemudian mengucap syukur atas makanan itu. Setelah Ia memecah-mecah roti dan membagikan kepada orang banyak, secara ajaib semua orang dapat makan dengan kenyang, bahkan ada sisanya. Apa yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin.
*courtesy of PelitaHidup.com
.

Apakah rahasia di balik mujizat yang terjadi itu? Rahasianya ada pada pengucapan syukur.

Ada kuasa di dalam ucapan syukur.

  • Ucapan syukur merupakan cara di mana kita menyerahkan segalanya termasuk masalah-masalah yang kita alami kepada tangan Tuhan.
  • Ucapan syukur merupakan cara di mana kita berserah sepenuhnya.
  • Ucapan syukur merupakan cara di mana kita mengatakan kepada Tuhan bahwa kita mau dibentuk dan diproses dengan caraNya.
  • Ucapan syukur merupakan cara di mana kita membiarkan kasih Tuhan mengalir dalam hidup kita.
  • Ucapan syukur merupakan cara di mana kita membiarkan kuasa Tuhan bekerja mengubahkan hidup kita.
  • Ucapan syukur merupakan cara di mana kita menanggalkan segala keinginan kita dan menerima atas apa yang sedang terjadi, bahkan dalam keadaan yang paling buruk sekalipun.

Dan masih banyak lagi yang bisa kita peroleh dari sebuah ucapan syukur.

.

Bagaimana kita mengucap syukur?

  • Ucapkanlah terima kasih kepada Tuhan atas apa yang masih kita miliki.
  • Ucapkanlah terima kasih kepada Tuhan atas apa yang sedang terjadi.
  • Ucapkanlah terima kasih kepada Tuhan atas kasihNya yang masih tercurah bagi kita.
  • Ucapkanlah terima kasih kepada Tuhan atas kesempatan yang masih Tuhan berikan bagi kita.
  • Ucapkanlah terima kasih kepada Tuhan atas apa yang kita kerjakan.

Dan masih banyak lagi cara lain untuk mengucap syukur kepada Tuhan.
*courtesy of PelitaHidup.com
Sama seperti kisah mujizat yang terjadi di atas, hal itu juga dapat terjadi dalam kehidupan kita. Seberat apapun masalah yang kita hadapi dalam pekerjaan/bisnis, separah apapun masalah rumah tangga yang kita alami, seburuk apapun keadaan keuangan yang dihadapi, hadapilah dengan sikap yang selalu mengucap syukur dalam segala keadaan. Kuasa Tuhan akan bekerja dalam kehidupan kita, sehingga mujizat akan terjadi. Pekerjaan kita akan dipulihkan, hubungan keluarga juga dipulihkan, bahkan keuangan yang serba minim juga akan dipulihkan.

Ucapan syukur akan mendatangkan kuasa Tuhan dalam kehidupan kita. Tuhan akan mencurahkan RohNya agar bekerja dalam hidup kita, memberi kita hikmat untuk melakukan apa yang benar di mata Tuhan dan yang sesuai dengan kehendakNya. Apa yang tidak pernah kita pikirkan, itu yang akan Tuhan berikan bagi kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
Kuncinya ada pada ucapan syukur. Janganlah bersungut-sungut atas apa yang kita alami, karena sungut-sungut tidak akan menyelesaikan masalah. Tetapi sebaliknya, ucapan syukur akan mendatangkan berkat berkelimpahan atas kehidupan kita. Nama Yesus ditinggikan.

Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.” Efesus 5:20



sumber :(pelitahidup.com)

Selasa, 02 November 2010

Kaya dalam Kemurahan

"Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahanl" (2 Korintus 8:2)


Kejadian kontras terjadi pada sekelompok anak muda yang baru saja selesai makan sate. Mereka saling berebutan dalam membayar, masing-masing mengeluarkan dompetnya dan saling menolak tangan temannya yang hendak membayar. Setelah selesai bertolak-tolakan, ketika mereka hendak keluar ada seorang pengemis tua yang mendekati mereka memohon belas kasihan. Beberapa dari mereka hanya tertawa dan ada seorang yang berkata "hari gini masih minta-minta, kerja dong pak.." Betapa kasihannya melihat si bapak tua pengemis. Mungkin menyisakan 500 rupiah saja sudah membuatnya bersyukur, tapi mereka tidak rela mengeluarkan sepeserpun, sementara mereka baru saja bertolak-tolakan dalam membayar makanan mereka, yang bahkan bersisa di atas meja.

Seringkali pemberian hanya didasarkan pada untung-rugi. Kita royal ketika memberi kepada orang-orang yang dekat dan berjasa pada kita, ketika kita bersenang-senang, namun sulit memberi ketika hal itu tidak berkaitan secara langsung pada kesenangan kita. Apalagi jika sedang merasa kekurangan. Mungkin mudah memberi ketika kita sedang berlebih, namun sulit ketika kita sedang dalam kekurangan. Ada banyak orang yang berkata, "jangankan memberi, untuk diri sendiri saja belum cukup." Padahal terkadang ukuran cukup dan tidak ini begitu bias dan sangat subjektif sifatnya. Kita seringkali lupa bahwa di saat kita merasa tidak cukup, ada banyak yang justru untuk makan satu kali sehari saja sulitnya bukan main. Seperti bapak pengemis tua di atas. Saya tidak menutup kemungkinan bahwa bisa saja ia malas bekerja, tapi bagaimana jika ia tidak kuat lagi, tidak memiliki kemampuan apa-apa yang bisa diandalkan, sedang anak-anaknya meninggalkannya sendirian? Itu pun mungkin, bukan?

Kepada jemaat Korintus, Paulus bersaksi mengenai bagaimana pertumbuhan kasih karunia yang terjadi pada jemaat di Makedonia. Mungkin ada banyak orang yang beranggapan seperti di atas, hanya memberi ketika mereka sedang berkelimpahan. Ketika jemaat Makedonia memberi begitu banyak pun, mungkin mudah bagi kita untuk beranggapan bahwa mereka adalah jemaat yang kaya raya. Tapi Paulus menjelaskan sebaliknya. Paulus berkata demikian: "Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan." (2 Korintus 8:2). Ini keteladanan luar biasa. Kemurahan hati yang mereka miliki bukanlah berasal dari harta kekayaan mereka, namun berasal dari sukacita meski berada dalam kemiskinan dan penderitaan! Apa yang membuat mereka mampu memberi dengan sukacita? Tidak lain adalah kesadaran akan kasih karunia yang dianugerahkan oleh Tuhan. Mereka boleh saja miskin harta, namun mereka kaya dalam kemurahan. Hati mereka tetap penuh luapan syukur, mereka tahu bahwa Tuhan ada beserta mereka dan menjanjikan mereka keselamatan, dan untuk itu tidak ada yang perlu mereka cemaskan sama sekali. Mereka akan memberi, dan terus memberi, dan mereka tahu pasti bahwa Tuhan akan jaga hidup mereka sehingga tidak akan berkekurangan meski mereka sendiri sedang dalam kemiskinan. Miskin dan kaya, itu relatif, tergantung bagaimana kita mensyukuri apa yang ada pada hidup kita hari ini. Kita bisa saja lebih miskin dari tetangga kita, namun itu bukan berarti kita harus miskin iman pula untuk percaya kepada penyertaan Tuhan. Kembali kepada jemaat Makedonia, Paulus mengatakan "Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. ereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami."(ay 3-5). Luar biasa bukan, ketika kita melihat hal seperti ini datang justru bukan dari orang-orang yang hartanya berlebihan, tapi justru datang dari orang yang miskin secara materi.

Firman Tuhan berkata "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35). Ini hanya akan muncul jika kita memiliki iman yang teguh, iman yang sungguh percaya bahwa Tuhan sanggup mencukupkan kita akan segala sesuatu. Tanpa itu, kita hanya akan terus merasa kekurangan, terus menimbun harta tanpa ada rasa cukup, dan cepat atau lambat kita akan menjadi hamba uang. Tidak akan ada lagi sukacita, meski harta berlimpah. Orang mungkin berpikir bahwa hidup akan begitu mudah ketika segalanya berlimpah, padahal mereka lupa bahwa disamping kekayaan harta, kita perlu pula kuasa untuk menikmatinya, dan itu pun juga karunia Tuhan. "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (Pengkotbah 5:19). Tanpa itu, niscaya segala yang kita kumpulkan tidak akan pernah bisa membahagiakan kita. Karena itu, mengapa kita harus takut dan berpelit-pelit untuk memberkati orang lain yang lebih sulit hidupnya daripada kita? Tuhan Yesus sendiri mengajarkan demikian: "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38). Dalam kisah tentang ibu janda miskin yang memberi dalam kemiskinannya yang tertulis pada Lukas 21:1-4 kita melihat hal yang sama juga. Ia memang memberi hanya dua peser. Namun dibanding orang-orang kaya yang memberi banyak ke dalam kotak persembahan, Yesus mengatakan bahwa si ibu janda yang miskin ternyata dianggap memberi lebih banyak dari semua yang kaya itu. Alasannya, "Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." (ay 4). Kembali kita melihat bahwa meski ibu janda ini miskin harta, namun ia kaya dalam kemurahan.

Tuhan sanggup memberkati pekerjaan kita secara berkelimpahan. Apa yang perlu kita pikirkan adalah "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Dan memberi kepada mereka yang membutuhkan adalah tanggung jawab kita. Dengan menolong orang yang kesusahan, itu artinya kita memenuhi hukum Kristus. (Galatia 6:2). Sebab, "sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 5:40). Soal hidup kita, Tuhan sanggup pelihara. Yang penting adalah mendahulukan mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, melakukan dengan taat segala yang diperintahkan Tuhan dengan bersukacita. Berilah maka kamu akan diberi, itu janji Tuhan. Di samping itu, hati yang bersyukur akan kebaikan Tuhan akan selalu kaya dalam kemurahan. Di saat seperti itulah kita akan merasa sangat bahagia ketika memberi, lebih daripada saat kita menerima. Pemberian yang disertai dengan pengorbanan seperti yang dilakukan oleh jemaat Makedonia dan juga ibu janda yang miskin ternyata berkenan di mata Tuhan. Karenanya, marilah kita lebih peka lagi terhadap jeritan orang-orang di sekitar kita yang butuh pertolongan. Mari kita sisihkan sebagian dari apa yang kita miliki, termasuk di dalamnya waktu, tenaga atau pikiran kita mungkin, agar mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian menghadapi masalah. Lewat anda dan saya, kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan dalam hidup mereka.

Jadilah seperti jemaat Makedonia yang kaya dalam kemurahan

sumber:(renungan-harian-online.com)

Senin, 01 November 2010

Menghadapi Penolakan

"Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem." (Lukas 13:33)

Ada seorang teman yang sudah berulang kali melamar pekerjaan tapi terus gagal. "Capai rasanya ditolak melulu", katanya getir. Mungkin banyak pula di antara teman-teman yang mengalami hal yang sama. Tidak hanya dalam melamar kerja, tapi dalam berbagai hal lainpun kita bisa berhadapan dengan penolakan. Misalnya dalam mendekati seseorang yang disukai, dalam lingkungan pertemanan, atau bahkan di keluarga. Bagi pengamen dan pengemis, masalah penolakan mungkin sudah menjadi hal yang biasa. Betapa seringnya mereka mendapatkan tangan yang menolak, atau bahkan tidak diacuhkan. Sales door to door atau sales yang menawarkan produknya di mal-mal pun pasti sering mengalami hal yang sama. Ada seorang yang saya kenal saat ini menjabat sebagai direktur sebuah perusahaan besar, tapi karirnya justru dimulai sebagai tukang bersih-bersih atau cleaning service. Dari pekerjaan itu ia kemudian menjadi salesman, mengetuk pintu dari rumah ke rumah dan terus mendapat penolakan. Tapi ia terus bekerja dengan gigih dan hari ini setelah ia sukses mencapai posisi tinggi, ia bersyukur bahwa berbagai penolakan yang ia alami dulu ternyata justru membentuk dirinya menjadi pribadi yang tangguh.

Kenalkah anda dengan nama Sylvester Stallone? Nama ini tentu tidak asing lagi bagi kita. Sosok pemeran John Rambo dan Rocky Balboa yang fenomenal ini merupakan sebuah nama yang akan sangat tepat jika kita lihat sebagai contoh mengenai penolakan. Ia terlahir dengan keterbatasan-keterbatasan fisik yang membuatnya mengalami banyak penolakan sepanjang hidupnya. Jika kita perhatikan, ia terdengar lucu ketika berbicara, dan posisi bibirnya pun tidak seperti orang pada umumnya ketika bicara. Berbagai keterbatasan itu membuatnya kerap ditolak ketika melamar untuk sebuah peran. Tapi ia tidak menyerah. Ketika ia membuat script film Rocky yang terkenal itu, ia pergi ke berbagai perusahaan film untuk menawarkan hasil karyanya. Tapi ia selalu mengalami penolakan. Mengapa? Karena ia tidak mau menjual script Rocky jika bukan ia sendiri yang memerankannya. Melihat dirinya yang banyak kekurangan apalagi tidak terkenal, maka produser-produser pun seperti janjian menolak dirinya. Setelah terus berjuang tanpa patah semangat, akhirnya ada produser yang tertarik, dan ia pun diijinkan untuk memerankan tokoh ciptaanya ini. Film Rocky mencapai sukses besar, meraih piala Oscar, fenomenal dan sangat dikenal orang hingga hari ini. Jika saja Stallone tipe orang yang gampang menyerah, kita tidak akan mengenal nama dan tokoh-tokoh yang diperankannya seperti Rocky atau Rambo.

Siapapun yang hidup di dunia ini pasti pernah merasakan bagaimana tidak enaknya mengalami penolakan. Ketika Tuhan Yesus datang ke dunia Dia pun pernah merasakannya. Bukan hanya satu dua kali tapi sering. Lihat saja ketika ada yang berniat menjatuhkan Yesus dari atas tebing (Lukas 4:29), mendapat ancaman akan dibunuh oleh Herodes jika masih bersikeras memasuki Yerusalem (13:31). Dalam kesempatan lain kita tahu pula bahwa Yesus pernah menghadapi persekongkolan orang Farisi yang merasa gerah menghadapi sepak terjang Yesus. Mereka berusaha mencobai (Matius 16:1) bahkan mencoba membunuhNya. (3:6). Orang-orang yang berseru "Hosana! Hosana!" (Markus 11:7-10) adalah orang-orang yang sama mengucapkan "salibkan Dia! salibkan Dia!" (15:12-14). Jika kita mengalami hal ini mungkin kita akan merasa kecil hati, merasa kecewa dan sakit hati, dendam atau kehilangan pegangan. Tapi tidak bagi Yesus. Yesus terus melakukan pelayanan dengan semangat pantang mundur. Mengapa bisa seperti itu? Karena Yesus tahu tujuanNya turun ke dunia. Dia turun bukan untuk mencari pengakuan atau penghormatan dari manusia, melainkan untuk menyelesaikan kehendak Bapa yang mengutusNya."Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem." (Lukas 13:33). Itu fokus Yesus sesuai dengan tugas yang diembanNya seperti yang dikehendaki Bapa. Oleh karena itulah Yesus tidak surut walau mendapat berbagai penolakan bahkan ancaman pembunuhan sekalipun, karena fokusnya jelas, melakukan kehendak Bapa dan bukan tergantung dari respon manusia.

Berbagai penolakan pernah kita alami dan akan terus terjadi. Jagalah agar berbagai penolakan jangan sampai membuat kita patah semangat dan hancur berantakan dalam kegagalan. Justru penolakan-penolakan itu seharusnya mampu menjadi stimulus atau penyemangat, dan pembelajaran bagi kita agar kita bisa tumbuh lebih kuat dalam berjuang mencapai tujuan. Jika orang yang saya gambarkan di awal renungan ini cepat menyerah, ia tidak akan bisa sukses seperti sekarang. Jika Stallone gampang putus asa dan merasa hancur melihat keterbatasannya, ia tidak akan bisa menjadi tenar seperti sekarang. Jika Yesus menyerah saat mendapat tekanan-tekanan berat, hari ini kita tidak akan mengalami hidup dalam jaminan keselamatan dan bisa merasakan hadirat Tuhan yang begitu indah. Penolakan akan selalu terjadi kapan saja, tapi jangan pernah menyerah. Tetaplah bersukacita dalam keadaan apapun, sebab sukacita sejati bukan berasal dari manusia atau keadaan di dunia, melainkan berasal dari Tuhan. "Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya." (Mazmur 33:21). Sukacita sejati yang berasal dari Tuhan sesungguhnya jauh berada di atas segala permasalahan, penolakan dan orang-orang yang mengecewakan kita. Fokuslah kepada rencana Tuhan bagi hidup anda, dan pakailah pengalaman tertolak itu sebagai batu loncatan untuk sebuah kesuksesan.

Ditolak boleh saja, tapi jangan biarkan sukacita kita hilang karenanya.
sumber:(renungan-harian-online.com)

Minggu, 31 Oktober 2010

Berdoa dengan Hati yang Tulus

"Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (Matius 6:5)

"Bagaimana sih aku harus berdoa? Aku bukan orang yang pintar merangkai kata." Itu kata seorang teman ketika saya menyarankan dirinya untuk mulai mengisi hari-hari dengan doa. Mungkin ada yang tertawa mendengar pertanyaan itu, tapi sebenarnya ada banyak orang yang mengira bahwa doa itu sama seperti puisi atau lirik lagu, yang harus dibuat bersajak, memakai kata-kata yang terangkai indah atau malah sepanjang mungkin. Tidaklah mengherankan jika banyak orang yang tidak berani memimpin doa bahkan dikalangan teman-temannya sendiri. Bagus tidaknya sebuah doa bukan lagi didasarkan kepada kesungguhan hati, ketulusan dan kejujuran, melainkan kehebatan bermain kata. Doa bukan lagi merupakan sarana hubungan antara kita dengan Tuhan, namun sudah bergeser maknanya menjadi ajang untuk memamerkan kemampuan merangkai kata atau mencari popularitas diri sendiri.

Bukan itu yang dicari Tuhan dari kita. Bukankah Tuhan sendiri sudah berfirman bahwa "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7) ? Tuhan tidak melihat hebat tidaknya rangkaian kata-kata puitis, tapi Dia melihat hati kita. Apakah doa yang kita panjatkan berasal dari hati yang tulus, atau semua itu hanyalah dilakukan untuk memamerkan diri kita sendiri didepan orang lain. Ketika makna doa bergeser menjadi untuk kepentingan duniawi, agar dipuji orang, agar terlihat suci, sebagai ajang pameran rohani, maka sesungguhnya Tuhan pun tidak lagi berkenan atas doa-doa yang kita panjatkan, meski dalam rangkaian kata yang begitu indah. Doa yang didengarkan Tuhan adalah doa yang didsarkan kepada kejujuran atau ketulusan bukan kepura-puraan.

Kita bisa melihat reaksi Yesus terhadap orang-orang Farisi. Ketika itu orang Farisi terkenal dengan kegemarannya berdoa di sudut-sudut jalan yang ramai, ditengah pasar atau kerumunan orang. Pokoknya dimana ada keramaian, maka mereka pun segera pasang aksi. Mereka mengira Tuhan akan terkesan dengan perilaku mereka, namun sebenarnya justru sebaliknya. Tuhan tidak suka dengan gaya seperti ini. Yesus pun segera mengingatkan murid-muridNya untuk tidak meniru cara tersebut. "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (Matius 6:5). Yesus pun melanjutkan bahwa berdoa itu justru sebaiknya dilakukan dengan mencari tempat yang sepi dan tenang, seperti di dalam kamar, agar kita bisa memusatkan seluruh diri kita untuk mencari Bapa dan mendengarkan suaraNya. "Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 6). Tidak cukup sampai disitu, Yesus pun melanjutkan peringatan agar kita jangan bertele-tele dalam berdoa. Berpanjang lebar, berulang-ulang seolah-olah Tuhan itu pelupa atau sulit mengerti isi hati kita. "Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan." (ay 7). Mengapa demikian? "karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya." (ay 8). Lalu Yesus pun memberikan contoh doa yang baik yang kita kenal dengan Doa Bapa Kami. (ay 9-15).

Apa yang diajarkan Yesus sesungguhnya jelas. Dia mengingatkan kita bahwa doa itu dipanjatkan hanya untuk Tuhan saja, dan bukan untuk didengarkan manusia. Ini berarti bahwa Tuhan mementingkan isi hati kita yang tulus, datang dan mengatakan apa adanya di hadapan Tuhan, mencurahkan isi hati kita tanpa ada agenda-agenda terselubung, tanpa ada maksud lain selain menjalin hubungan secara langsung dengan Tuhan. Ketika berdoa dilakukan agar mendapat pujian, supaya dinilai hebat rohani oleh orang lain, agar terlihat pintar bermain kata-kata puitis, punya banyak perbendaharaan kata dan lain-lain, ketika itu pula kita menjadi orang yang munafik. Dalam kemunafikan tidak ada lagi ketulusan. Motivasi berdoa yang benar itu sungguh penting. Berdoa nonstop 24 jam pun akan percuma apabila dilakukan dengan motivasi yang hanya mencari perhatian dari orang lain.

Tuhan sangat tidak menyukai orang-orang munafik yang mempergunakan doa untuk tujuan atau motivasi yang hanya mencari pujian. Lihat apa kata Tuhan mengenai hal ini. "Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi." (Yesaya 29:13-14). Keajaiban yang menakjubkan bukanlah keajaiban dalam arti positif, tapi mengacu kepada pukulan yang bertubi-tubi. Jurang kebinasaan pun menganga di depan mata.

Firman Tuhan berkata "Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit." (Pengkotbah 5:2). Ini mengingatkan kita untuk tidak mementingkan rangkaian kata-kata panjang. Apa yang berkenan bagi Tuhan adalah doa yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam, yang berasal dari hati yang tulus. Ketulusan sungguh memegang peranan penting dalam menjalin hubungan yang dekat dengan Tuhan. Dengan menerima Kristus sebagai Juru Selamat dan mendapatkan anugerah Roh Kudus dalam diri kita, sudah seharusnya kita datang kepada Bapa dengan hati yang tulus ikhlas dan iman yang teguh. "Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni." (Ibrani 10:2). Janganlah sama dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, yang mengira bahwa doa yang dijawab adalah doa yang dirangkai dengan kata-kata mutiara, berpanjang lebar atau berulang-ulang, atau bahkan berupa hafalan. Berdoa dengan kata-kata indah itu bagus, tapi semua itu tidaklah ada gunanya jika bukan berasal dari hati yang tulus. Jika seperti itu, jangan harap Tuhan mau menjawab doa kita. Hati Tuhan akan tersentuh jika kita berdoa dengan hati yang tulus, karena apa yang ada di hati kita,itulah yang dilihat Tuhan. Tidak perlu bingung seperti teman saya ketika hendak berdoa. Datang apa adanya, membawa diri kita sendiri dengan jujur di hadapan Allah akan jauh lebih bernilai daripada doa yang mementingkan gaya dan motivasi-motivasi salah lainnya. Bukan cara kita berdoa yang paling penting, tetapi sikap hati kita ketika melakukannya, itulah yang dilihat Tuhan.



sumber:(renungan-harian-online.com)

Sabtu, 30 Oktober 2010

Kesetiaan

"Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong." Amsal 19:22

Setiap kali pulang kerja, selalu saja bahagia rasanya melihat kedua anjing yang kami miliki berlarian menyambut kepulangan saya. Berlarian di sekitar saya, memanjat kaki minta digendong dan disayang bahkan sebelum saya sempat membuka sepatu. Secapai-capainya saya bekerja, melihat kedua anjing kecil ini menyambut dengan begitu gembira membuat lelah rasanya hilang seketika. Bukan main memang kesetiaan anjing kepada majikannya. Tidak ada yang aneh dengan hal itu. Ketika anjing bisa begitu setia, mengapa manusia semakin hari semakin sulit untuk melakukannya? Kesetiaan saat ini sudah menjadi barang langka. Selingkuh bagi kebanyakan orang sudah dianggap sebagai hal yang wajar. Berbagai dalih dan alasan pun diangkat sebagai pembenaran. Kurang perhatian, tidak mampu merawat diri, tidak mampu mencukupi kebutuhan dan banyak lagi alasan lain akan dipakai sebagai justifikasi dari tindakan berselingkuh ini. Virus selingkuh tidak saja didominasi laki-laki, tapi saat ini di antara kaum perempuan pun banyak terkena virus yang sama. Berbagai sinetron dan lagu mulai gemar merambah wilayah yang satu ini, secara tidak langsung semakin "memasyarakatkan" perselingkuhan. Istilah "SLI" atau "Selingkuh Itu Indah" sudah begitu populer bagi kebanyakan orang. Malah seorang teman pernah berkata bahwa selingkuh itu memang indah, asal jangan sampai serius. Itu di kalangan suami istri atau pasangan kekasih. Dalam pekerjaan pun ada begitu banyak orang tidak lagi mempunyai prinsip setia. Berbagai penyelewengan, korupsi, pencurian, penipuan dan lain-lain kerap kali menjadi masalah besar di berbagai tempat kerja.

Kesetiaan bukanlah hal yang penting lagi di kalangan masyarakat dewasa ini. Padahal sudah sejak ribuan tahun yang lalu kita diingatkan untuk selalu menjaga sikap setia dalam kehidupan kita. Amsal Salomo berkata "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong." (Amsal 19:22). Lihatlah betapa kesetiaan sangatlah penting di mata Tuhan. Lebih baik miskin daripada pembohong atau orang-orang yang tidak setia demi mengejar keuntungan sesaat. Semakin tua dunia ini, pesan ini semakin relevan, karena tingkat kesetiaan manusia semakin lama semakin menurun. Sepanjang isi Alkitab Tuhan mengingatkan kita berulang-ulang agar tetap menjaga kesetiaan dalam segala hal. Kita ambil satu contoh mengenai ketidaktaatan raja Saul dalam 1 Samuel 13:1-22. Ketidaksetiaan Saul menghasilkan bencana bagi dirinya. Karena tidak sabar dan ketakutan menghadapi ancaman dari orang Filistin ia "berselingkuh" terhadap Tuhan. Padahal awalnya Saul mengawali segala sesuatu dengan gemilang. Yang terjadi kemudian, Tuhan menolak Saul sebagai raja Israel. "Kata Samuel kepada Saul: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu." (1 Samuel 13:13-14). Tuhan bahkan menyatakan menyesal telah menjadikan Saul sebagai raja. (15:11). Tidak saja Tuhan menolak dirinya sebagai raja Israel, tapi kita tahu selanjutnya bagaimana nasib Saul berakhir tragis. Akibat ketidaksetiaannya, ia tidak saja sekedar kehilangan mahkota, tapi juga berkat dan penyertaan Tuhan dalam hidupnya.

Paulus menggolongkan kesetiaan sebagai salah satu buah Roh. (Galatia 5:22). Dalam Suratnya kepada Timotius pun Paulus memberi pesan: "Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan." (1 Timotius 6:11). Paulus menyadari betul betapa pentingnya kesetiaan dalam kehidupan manusia di mata Tuhan. Ini pesan penting bagi kita apalagi di hari-hari dewasa ini dimana kesetiaan tidak lagi menjadi hal penting bagi berbagai kalangan. Kita harus mampu membangun kesetiaan terhadap pasangan kita, setia dalam bekerja, apalagi terhadap Tuhan. Jangan bicara dulu soal setia kepada Tuhan jika dalam berbagai aspek kehidupan di dunia saja kita gagal menunjukkan komitmen kita terhadap kesetiaan. Betapa pentingnya faktor kesetiaan bagi Tuhan, sehingga kesetiaan ini pun mejadi syarat untuk memperoleh kehidupan yang diberkati. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (Ulangan 28:14). Ketidaksetiaan adalah satu dari beberapa kefasikan dan kelaliman manusia yang sangat dimurka Tuhan. "penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan." (Roma 1: 29-31). Dan terhadap orang-orang golongan ini, Firman Tuhan berbicara sangat keras. yaitu dihukum mati. (ay 32). Apapun yang kita lakukan hari ini, lakukanlah dengan setia. Sebagai sahabat-sahabat dan murid Kristus, sudah selayaknya kita meneladani pribadi Kristus yang setia sampai akhir. Berlakulah setia dan adil kepada pasangan hidup kita. Milikilah pribadi ideal sebagai sosok yang setia.
Seperti Kristus yang setia hingga akhir demikian pula kita hendaknya setia
sumber:(renungan-harian-online.com)

Jumat, 29 Oktober 2010

Menghakimi orang lain

"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi." (Matius 7:1)

Perintah Yesus sehubungan dengan menghakimi orang lain sederhana sekali. Dia berkata, "Jangan." Rata-rata orang Kristen adalah pribadi yang kecamannya paling menusuk hati. Kecaman adalah salah satu kegiatan biasa dari manusia, tetapi dalam alam rohani tidak ada hasil yang dicapai dalam kecaman tersebut.

Akibat dari kecaman ialah terbaginya kekuatan dari orang yang dikecam. Roh Kuduslah satu-satunya Pribadi yang tepat untuk mengecam, dan Dia sajalah yang sanggup menunjukkan kesalahan tanpa menyakiti dan melukai. Mustahil untuk menjalin persekutuan dengan Allah bila Anda ada dalam suasana hati yang suka mengecam. Kecaman cenderung membuat Anda kasar, ingin membalas dendam dan kejam, serta meninggalkan kesan pada diri Anda bahwa Anda lebih unggul dari orang lain.

Yesus berkata, bahwa sebagai muridNya anda harus mengembangkan watak yang tidak suka mencela. Ini takkan terjadi dengan segera tetapi harus dikembangkan seiring dengan waktu. Anda harus terus waspada terhadap apapun yang menyebabkan anda menyangka diri anda lebih unggul.

Hidup saya tidak luput dari penyelidikan tajam yang dilakukan oleh Yesus. Jika saya melihat selumbar kecil di mata Anda, itu berarti saya mempunyai balok di mata saya sendiri (lihat Mat. 7:3-5). Setiap kesalahan yang saya lihat pada anda, Allah menemukannya dalam diri saya. Setiap kali saya menghakimi, saya menyalahkan diri saya sendiri (lihat Rm 2:17-24).

Berhentilah menggunakan tongkat pengukur bagi orang lain. Selalu paling sedikit ada satu fakta tambahan, yang tidak kita ketahui, dalam situasi setiap orang. Tindakan pertama yang dilakukan Allah ialah membersihkan kita secara cermat. Setelah itu, tidak ada kemungkinan kesombongan yang masih tersisa dalam diri kita. Saya tidak akan kehilangan harapan terhadap seseorang, setelah memahami hal yang terdapat dalam diri saya di luar anugerah Allah.


sumber : (terangdunia.com)

Kamis, 28 Oktober 2010

Lidah Penentu Berkat atau Kutuk

Mulut, tempat lidah berada adalah senjata yang mematikan walaupun merupakan suatu anggota kecil dari tubuh, daripadanya dapat keluar berkat atau kutuk, ia bisa membangun suatu Negara yang kuat ataupun menghancurkannya (Ams 11:11 25:15). Dan terkandang tanpa disadari mulut kita bisa membuat kita jatuh dalam dosa(Yak 3:8; Ams 18:21). Dalam matius 15:18-19 dikatakan bahwa dosa lidah timbul dari hati, karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat, namun bila hati kita bersih dan tulus, maka perkataan kita menjadi berkat bagi banyak orang.
Ia menunjukkan bahwa ada kuasa dalam mulut kita, melalui mulut kita menjadi penyembah-penyembahan dalam Roh dan kebenaran bahkan Tuhan telah memberikan kepada kita mulut untuk memuji sejak masih dalam kandungan(Mat 21:16). Dari mulut kita ada kekuatan untuk melawan musuh seperti rasa takut dan keragu-raguan. Dan Tuhan telah memilih kita sebagai penyambung lidah-Nya bagi orang-orang yang belum percaya(Yer. 15:19).
Dengan segala otoritas yang terletak dalam mulut kita maka sudah selayaknya jika kita berhati-hati dalam menggunakan mulut kita, karena bisa menjadi berkat atau kutuk bagi diri kita, keluarga, keturunan kita bahkan orang-orang di sekitar kita. Jadi apakah yang kita pilih ? Berkat atau kutuk ? Tentunya kita memilih berkat. Karena itu marilah kita belajar mengucapkan kata-kata yang mendatangkan kehidupan bukan kematian.

Berkata tanpa berpikir adalah menembak tanpa mengarahkan pada sasaran.

sumber : Nafiri Sound

Rabu, 27 Oktober 2010

Menghadapi Proses

Jika ubi dan telur di masukkan kedalam air mendidih, setelah beberapa lama maka telur akan menjadi keras, tetapi sebaliknya ubi menjadi lunak. Kedua benda itu berada dalam panci dan air mendidih yang sama, namun keduanya memunculkan reaksi yang berbeda. Begitu pula dalam hidup ini, setiap orang pasti pernah menjalani dan melewati proses atau berbagai ujian. Selama kita masih ada di dalam dunia ini, kita pasti akan selalu melewati proses demi proses sehingga akan terlihat kualitas hidup kita. Reaksi dari setiap orang saat menjalani proses itu berbeda-beda di mana ada orang yang dapat menerima saat diproses atau sebaliknya ada orang yang berusaha menghindari dan melarikan diri saat diproses.

Proses sebenarnya adalah suatu pembuktian tentang bagaimana kualitas hidup kita yang sebenarnya, apakah kita adalah orang yang lemah atau kuat. Seperti halnya saat Tuhan memproses kita di mana hal itu bertujuan untuk memurnikan iman kita karena Tuhan rindu iman kekristenan kita teruji. Tuhan rindu supaya kita semakin dewasa di dalam Dia sehingga

kita berkenan di hadapanNya. Dalam firman Tuhan dikisahkan saat Ayub mengalami proses dalam hidupnya, Ayub tetap setia kepada Tuhan. Melalui proses itu pada akhirnya Ayub boleh melihat akan rencana Tuhan yang indah . Biarlah saat diproses setiap kita tetap setia kepada Tuhan Dalam Ayub 23:10 dikatakan bahwa saat kita diuji biarlah kita dapat keluar seperti emas yang murni. Biarlah dalam melewati apa pun, kita dapat keluar sebagai pemenang sebab kita adalah umat yang lebih dari para pemenang. Bersama Tuhan kita mampu menghadapi segalanya. Oleh karena itu dalam menghadapi tekanan, ujian, dan persoalan tetaplah bertahan serta bertekun sehingga kita dapat melewati semua proses dan pada akhirnya kita dapat melihat rencana Tuhan yang indah. Yang terpenting dalam menjalani setiap proses adalah diperlukan sikap atau reaksi yang benar. Kita harus tetap memiliki sikap yang optimis dan tidak mudah putus asa serta mengeluh. Dalam keadaan apa pun belajarlah untuk mengucap syukur dan tetap kuat sebab Tuhan tidak pernah memberikan yang buruk. Jangan pernah takut menghadapi proses sebab Tuhanlah yang menjadi kekuatan kita. Percayalah, bersamaNya kita pasti mampu melewati semuanya.


Yang terpenting dalam menjalani setiap proses adalah diperlukan sikap atau reaksi yang benar.

sumber : Renungan Harian Kemenangan

Selasa, 26 Oktober 2010

Bertumbuh lewat masalah

Sebuah pohon yang sedang tumbuh harus memiliki akar yang kuat sehingga apabila pohon tersebut terkena terpaan badai maka pohon tersebut tidak akan tumbang. Pohon tersebut akan tetap berdiri dengan kokoh.
Begitu pula dalam hidup ini di mana Tuhan hendak menjadikan kita sebagai umat yang kuat. Oleh karena itu seringkali lewat persoalan dan tantangan., Tuhan hendak menguji dan menjadikan kita sebagai umat yang kuat dan dapat bertumbuh dalam iman kepadaNya.

Dengan masalah yang ada apakah kita dapat semakin bertumbuh atau malah semakin terpuruk. Semua itu tergantung dari respon atau sikap kita saat menghadapi masalah. Pada Umumnya setiap orang tidak senang dengan setiap masalah yang terjadi di dalam hidupnya. Sebagai umat pemenang setiap kita harus dapat melewati proses dan ujian yang ada karena hal tersebut akan membuat iman kita semakin bertumbuh dalam Tuhan.
Tuhan hendak menjadikan kita menjadi umat yang kuat dan tangguh, bukan umat yang lemah. Melewati setiap masalah Tuhan ingin memurnikan dan menguji setiap kita karena sesungguhnya Tuhan lebih memperhatikan karakter daripada kenyamanan kita. Hanya hubungan kita dengan Tuhan yang akan kita bawa sampai kepada kekekalan. " ...kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, ...."(Roma 5:3-5).
Tanpa masalah kekristenan tidak akan pernah teruji dan kualitas iman yang sebenarnya tidak akan muncul. Seperti halnya emas yang di masukkan ke dalam peleburan supaya menghasilkan emas yang murni. Demikian juga dengan kita saat menghadapi persoalan, janganlah kita hanya memandang dari sisi buruk dan tidak enaknya saja. Lewat masalah Tuhan ingin mengoreksi hidup kita supaya kita tetap berada dalam kebenaranNya dan semakin bertumbuh. Jadi saat menghadapi masalah, milikilah pikiran dan pandangan yang positif sebab tidak selamanya persoalan itu buruk. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. percayalah Tuhan tidak pernah memberikan hal yang buruk sebab rancanganNya atas kita selalu baik.
Dibalik setiap masalah pasti ada kebaikan yang akan di nyatakan oleh Tuhan. Bertahanlah dalam setiap terpaan "Badai" yang melanda hidup kita, jangan mudah goyah. Percayalah Tuhan bekerja di dalam diri kita untuk menguatkan roh kita.

"Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus yesus." (2Timotius 2:1)

Lewat masalah Tuhan ingin mengoreksi hidup kita supaya kita tetap berada dalam kebenaranNya dan semakin bertumbuh.

sumber : Renungan Harian Kemenangan

Senin, 25 Oktober 2010

Tidak Diperhamba Masalah

Seoarang hamba tidak akan pernah mengalami kebebasan sebab kehidupannya dikendalikan dan di kuasai oleh majikannya. Hamba harus tetap mengikuti perintah dari majikannya entah itu baik ataupun buruk, dia senang atau tidak senang. Begitu pula halnya dengan kehidupan yang diperhamba oleh masalah maka hal itu akan menyebabkan kehidupan tersebut akan mengalami kesulitan dalam meriah kemenangan dan terobosan. Oleh sebab itu pada saat kita mengizinkan ujian dan masalah mulai mengedalikan hidup kita maka itu berarti pikiran dan perasaan kita hanya akan di penuhi oleh masalah yang ada sehingga hal tersebut mengakibatkan kita menjadi pesimis dan mudah putus asa. Hal tersebut jika terus menerus dibiarkan akan menyebabkan lama kelamaan dalam hidup ini kita menjadi orang yang kalah dan sulit mengalami kemajuan.
Sebagai umat pemenang Tuhan tidak menghendaki kita dikendalikan oleh setiap masalah. Oleh sebab itu jangan pernah membiarkan diri kita dikuasi oleh masalah, sebaliknya milikilah kepercayaan bahwa bersama Tuhan kita pasti sanggup menghadapi setiap tantangan yang ada di depan kita. Bagi Tuhan tidak ada perkara yang terlalu sulit untuk di taklukan, segalanya mungkin bagi Tuhan. Seberat apa pun masalah kita, jangan pernah menjadi hamba dari masalah tersebut. Arahkan pandangan kita hanya kepada Tuhan yang adalah sumber pertolongan sebab hanya Dia yang berkuasa atas hidup kita. Oleh karenanya dalam menghadapi setiap permasalahan, milikilah pikiran Kristus yang tidak akan membiarkan hidup kita diperhamba oleh masalah. Jangan biarkan iblis menipu dengan mengatakan bahwa kita adalah orang yang kalah serta menanamkan ke dalam pikiran kita bahwa persoalan yang ada begitu berat dan tidak mampu kita lalui. Lawanlah hal tersebut dengan tetap percaya bahwa tantangan yang ada adalah percobaan biasa, yang tidak pernah melebihi kekuatan kita, sehingga dengan demikian kita pasti mampu menanggungnya. Jangan pernah takut menghadapi masalah sebab ketakutan dan kecemasan hanya akan membuat masalah terlihat semakin besar dan akhirnya membuat kita menjadi berkecil hati. Mendekatlah kepada Tuhan sebab di dalam Dia kita pasti mendapatkan kekuatan dan ketenangan, sekalipun ada banyak tantangan. Tuhan siap memberikan kemenangan dan kesuksesan sehingga kita tidak akan menjadikan umat yang kalah. Berdirilah teguh dan jangan pernah di kalahkan oleh masalah.



sumber :Renungan Harian Kemenangan

Minggu, 24 Oktober 2010

Dosa-dosa kecil

Dua orang pendosa mengunjungi hamba Tuhan yang bijak dan meminta nasehatNya.

"Kami telah melakukan suatu dosa," kata mereka dan suara hati kami terganggu.
"Apa yang harus kami lakukan ?" "Katakanlah kepadaku, perbuatan-perbuatan salah mana yang telah kamu lakukan, Anakku," kata hamba Tuhan tersebut.
Pria pertama mengatakan ,"Saya melakukan suatu dosa yang berat dan mematikan."
Pria kedua berkata,"Saya telah melakukan beberapa dosa ringan, yang tidak perlu dicemaskan."
"Baik," kata hamba Tuhan tersebut, "Pergilah dan bawalah kepadaku sebuah batu untuk setiap dosa yang telah kamu lakukan !".
Pria pertama kembali dengan memikul sebuah batu yang amat besar. Pria kedua dengan senang membawa satu tas berisi batu-batu kecil.
"Sekarang," kata hamba Tuhan tersebut, "Pergilah dan kembalikan semua batu itu tepat dimana kamu telah menemukannya!".
Pria pertama mengangkat batu besar itu dan memikulnya kembali ke tempat dimana ia telah mengambilnya. Pria kedua tidak dapat mengingat lagi tempat dari setengah jumlah batu yang telah diambilnya, maka ia menyerah saja dan membiarkan batu-batu itu berada didalam tasnya. Katanya, "Itu pekerjaan yang sulit."
Dosa itu seperti batu-batu itu, kata hamba Tuhan bijak tersebut, Jika seseorang melakukan suatu dosa berat, hal itu seperti sebuah batu besar dalam suara hatinya, tetapi dengan penyesalan yang sejati, memohon ampun dan mengakui Nama Tuhan, maka kesalahannya diampuni seluruhnya oleh Tuhan.
Tetapi pria yang terus menerus melakukan dosa-dosa ringan dan ia tahu itu salah, namun semakin membekukan suara hatinya dan ia tidak menyesali sedikitpun, maka ia tetap sebagai seorang pendosa. Ia sulit membuang batu-batu itu kembali ke tempatnya dan terus menerus membawanya seumur hidup.
"Maka ketahuilah,anak-anakku," nasihat hamba Tuhan itu, "Adalah sama untuk menolak dosa-dosa ringan seperti menolak dosa-dosa berat !"




sumber :(renugan-harian-kita.blogspot.com)

Sabtu, 23 Oktober 2010

Apa yang dibutuhkan pasangan Anda?

Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik, pagi hari hanya bisa makan bubur.

Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi, dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.

Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikit pun.

Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.

Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin. Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik. Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, tidak memahaminya.

Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat anak-anak, ia adalah seorang
ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berprestasi dalam pelajaran. Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno.

Ayah saya adalah seoang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami. Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam-diam di sudut halaman.

Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.

Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik. Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri : Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?

Pengorbanan yang dianggap benar.

Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan -lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.

Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri. Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia. Saya
merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati. Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia.

Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata : "Istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik!"

Dengan mimik tidak senang saya berkata : "Apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum dipel?"

Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama ayah. Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkwinan
mereka. Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.

Yang kamu inginkan?

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah saya... Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam perkawinannya, Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan, ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.

Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku. Cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia. Kesadaran saya membuat saya membuat keputusan (pilihan) yang sama. Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.

Saya bertanya pada suamiku : "Apa yang kau butuhkan?"

"Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apalah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku," ujar suamiku.

"Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakianmu.... ," dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya.

"Semua itu tidak pentinglah," ujar suamiku. "Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku."

Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut. Kami meneruskan menikamti kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun,
bukannya cara pihak kedua.

Jalan kebahagiaan

Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku, Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku. Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.

Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya, "Dengarkan aku, jangan memberi komentar." Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.

Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan. Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, perkawinan yang kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup.

Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota. Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing. Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.

Bertanya pada pihak kedua : "Apa yang kau inginkan?" Kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.

Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, mereka terlalu bersikeras menggunakan cara sendiri dalam mencintai pihak kedua, bukan mencintai pasangannya dengan cara pihak kedua. Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun, pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.

Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, setiap orang pantas dan layak memiliki sebuah perkawinan yang bahagia, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan pihak kedua! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri, perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan.




sumber : (renungan-harian-kita.blogspot.com) Ditulis oleh Isak Rickyanto

Jumat, 22 Oktober 2010

Kepahitan merugikan diri sendiri

Pernahkah Anda dilukai oleh orang lain dimasa lalu? Jika ya, sudahkah Anda telah terlepas dari rasa sakit ? atau luka tersebut terus tertoreh di dalam hati Anda?
Disakiti atau diperlakukan tidak adil merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Yang menjadi masalah adalah bagaimana kita menyikapi diri kita bila hal tersebut terjadi dalam kehidupan kita.
Saat disakiti kita dapat memilih untuk terus mencengkeram rasa sakit dan menjadi pahit hati. Hidup kita menjadi menderita, kita membenci dan menyalahkan orang yang menyakiti kita. Satu hal yang pasti bila pilihan ini yang kita ambil, maka orang yang menyakiti kita tidak akan tersakiti, tapi kita sedang menyakiti diri kita sendiri. Dan bila dibiarkan terus menerus akan menjadi akar pahit dalam hidup kita.
Kepahitan bisa menjadi sesuatu yang mematikan, tidak hanya merusak diri sendiri, tetapi juga ke orang lain (bahkan mungkin orang yang kita kasihi).
Adolf Hitler adalah contoh orang yang mempunyai luka batin dimasa lalu, dan seperti yang kita tahu akibat luka tersebut banyak orang yang menderita bahkan mati.
Jangan biarkan kehidupan kita dikotori oleh kepahitan, mulailah untuk mengampuni dan percaya bahwa Tuhan akan memulihkan Anda dan memberi keadilan bagi Anda. Hapus setiap kepahitan dihati Anda hingga ke akar-akarnya dan rasakan kelepasan sejati dari Tuhan.

Ibrani 12:15
“Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar pahit yang menimbulkan dan mencemarkan banyak orang.”




sumber : (renungan-harian-kita.blogspot.com)

Kamis, 21 Oktober 2010

Menghargai sesama

Suatu hari, Leo Tolstoy seorang penulis besar rusia sedang berjalan-jalan di sebuah jalan. Tiba-tiba, ada seorang pengemis datang mendekatinya dan meminta uang. Kemudian Leo Tolstoy merogoh sakunya ternyata dompetnya tertinggal di rumah. "Saudaraku , aku minta maaf, Sebenarnya aku ingin memberimu uang, tetapi dompet ku tertinggal. "Pengemis itu menatapnya sebentar, dengan mata berkaca-kaca ia berkata, "Tuan, tuan sudah memberi lebih banyak daripada uang, Leo Tolstoy merasa heran. Lalu pengemis itu berkata lagi, "Ya tuan sudah memberi lebih besar daripada uang, karena tuan sudah memanggil saya dengan sebutan saudaraku. Tuan tidak memanggil saya pengemis atau sebutan hina lainnya. Saya benar-benar merasa di hargai."
John Gardne pernah berkata, "Jika kita melayani, maka hidup akan lebih berarti." Dan tahukah Anda kita dapat melayani sesama dengan cara menghargai mereka ? Setiap orang di dunia ini, tanpa terkecuali membutuhkan sebuah penghargaan. Bahkan menurut sebuah penelitian ada lebih dari 4 miliar orang di dunia ini yang haus akan kata-kata penghargaan yang tulus.
Dalam Matius 7:12 mengatakan "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka." itu berarti, bila kita ingin di hargai, kita harus menghargai orang lain lebih dulu. Lagi pula, bukankah kunci dalam meraih hubungan yang baik adalah dengan membiarkan orang lain merasa penting?


Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja (I Petrus 2:17)



sumber : Renungan Bulanan Profesional

Berbagi Peran(Joke)

Seorang suami, sauatu pagi berangkat ke kantor. Saat di mobilnya keluar dari garasi
ke jalan di perumahannya, istrinya melambaikan tangannya, "Da Pa, sampai ketemu
nanti sore !"
Saat di mobil, suaminya mulai berandai-andai. Dia merasa Tuhan itu tidak adil. Dia
merasa bekerja lebih berat ketimbang istrinya. Ketika dia masuk kantor , istrinya
bisa menonton televisi sambil makan camilan, "Kok asyik banget ya ?" Semakin di
kembangkan, pikiran negatif semakin bertumbuh subur dan akhirnya berbuah.
Malam harinya, sebelum naik ketempat tidur, dia berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku
merasa bebanku jauh lebih berat ketimbang istriku. Aku mohon Engkau menukar tempat.
Biarkan aku jadi seorang wanita dan istrinya jadi seorang pria. Mulai besok aku
yang menjadi instri dan istriku menjadi suami...Amin"
Doanya di kabulkan, Keesok harinya, dia jadi istri. Ritual pagi pun mulai. Ketika
suaminya hendak berangkat kerja dia berkata, "Da Pa, sampai nanti sore ya" DEngan
gembira dia ingin mengambil camilan di atas kulkas sambil menonton telivisi. Matanya
melihat lantai , "Ya ampun kotor amat, " Maka dia pun mulai menyapu rumah,
mengepelnya. baru saja dia minikmati hasil kerjanya, dia teringat bahwa tugasnya
hari ini adalah belanja. Maka dia pun pergi ke pasar. Pulang sudah jam 11. Dia
segera ingat bahwa pakaian kotor masih belum di cuci. Segera dia mengambil ember
dan mencuci baju itu serta menjemurnya. Begitu selesai , dia melirik jam. "Ya
ampun, saya harus menjemput anak sekolah".
Suami telah menjadi istri ini mengeluh. ternyata menjadi istri berat. Namun,
kareana gengsi dia mencoba bertahan. ternyata baru 1 minggu menjadi istri, dia
sudah menyerah. Malam harinya, dia kembali berdoa. "Tuhan ampuni aku, ternyata
menjadi istri itu lebih berat. Kembalikan aku jadi suami kembali."
Tiba-tiba dia mendengar suara dari Surga. "Anakku, aku mau saja mengubahmu menjadi
laki-laki kembali, tetapi tunggu sembilan bulan lagi, karena engkau terlanjur
hamil!"


sumber : Renungan bulanan profesional

Rabu, 20 Oktober 2010

Kuasa Perkataan

Robert Webber mengisahkan masa kecilnya dalam buku "What My Parents Did Right". Semasa kecil ia tinggal bersama orang tuanya yang adalah seorang misionaris yang melayani di Afrika. Memang tinggal di daerah pertanian blackberry. Suatu hari Robert sedang memetik buah blackberry, tanpa sadar ia menyimpang ke kebun tetangga dan memetik berry di sana. Tetangga yang mengetahui hal itu, tiba-tiba keluar dari pintu, mengancungkan tinjunya dan berteriak. "Pergi dari kebunku, dan jangan sampai aku melihatmu lagi di tanahku ! kau mengerti !" Robert ketakutan dan pulang melapor kepada ayahnya. Ayahnya kemudian berkata, "berikan ember blackberry itu, kita akan ke sebelah untuk berbicara dengan tetangga kita" Robert berpikir, "Bagus, ayahku akan memberi pelajaran kepada orang itu !".
Sesampai di rumah tetangganya, ayah Robert berkata, "Pak, saya minta maaf kalau anak saya telah memasuki kebun Anda tanpa ijin. Ini, saya ingin Anda menerima blackberry-nya. "Tetangga itu terpana dan berkata, "Maaf saya sudah membentak anak Anda. Saya tidak ingin blackberry itu, bahkan saya tidak menyukainya. Simpan saja untuk Anda dan Anda juga boleh memetik semua berry yang Anda mau di kebun saya. "Saya berjalan pulang, ayah Robert berkata "Alkitab mengatakan jawaban yang lemah lembut memadamkan amarah, ingatlah itu"
Perkataan adalah salah satu komponen yang mendukung kesuksesan kita. Karena itu, mari mulai hari ini kita belajar untuk berkata-kata yang positif, membangun, bahkan memberkati orang banyak.


"Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan" (Amsal 15:18)

sumber : Renungan Bulanan Profesional

Selingkuhan Papa (Joke)

Seorang wanita ingin menghubungi handphone suaminya tetapi tidak bisa karna
baterainya habis. Jadi dia menyuruh anaknya yang kecil untuk menelpon papanya
menggunakan hp nya sendiri. Setelah mencoba menghubungi hp papanya, tetapi selalu
wanita yang menjawab telepon.
WANITA ! karena di bakar api cemburu, wanita itu dengan tidak sabar menuggu
suaminya pulang dari tempat kerja. begitu suaminya muncul, dia menyambutnya dengan
tamparan di wajah suaminya. tentu saja suaminya marah dan mereka pun ribut. Para
tetangga berdatangan untuk mengetahui asal keributan itu.
Wanita itu, menyuruh anaknya untuk menceritakan apa yang di lakukan wanita yang
menjawab hp milik papanya. Anaknya berkata,
"Telepon yang Anda hubungi sedang sibuk Cobalah beberapa saat lagi!"

Selasa, 19 Oktober 2010

Teguran seorang anak

Dalam buku berjudul Orang Buta yang Membawa Lentera(Gloria Graffa,2010). Soerang gadis kecil pulang dari gereja. Sambil duduk di pangukuan ayahnya ia berkata, "Ayah apakah Ayah minum minuman keras lagi?" Perkataan putrinya itu membuat sang ayah gelisah. Jika istrinya yang menegur, tentu ia sudah hilang kesabaran dan minum lebih banyak alkohol. Namun, putrinya menegur dengan kasih. Ia pun bertobat. Sejak itu, rumahnya menjadi "Surga" kecil.
Keterbukaan Komunikasi ini tidak merenggangkan hubungan, tetapi justru mengarahkan kembali keluarga itu akan rancangan besar Allah bagi mereka.
Seorang anak yang mengenal kasih Kristus sangat mungkin menjadi saksi yang berani. Sebab ia tulus, tak ada niat menjerumuskan atau mempermalukan orang lain. Khususnya bagi keluarga sendiri. Tak selalu orang tua mengoreksi anak. Bahkan, ketika suami istri atau istri tak mampu menegur pasangannya, maka si anak dapat. Justru anak kerap dapat menegur orangtua dengan cara yang lebih mudah di terima.



DALAM KELUARGA KRISTIANI YANG MAU BERTUMBUH SETIAP ANGGOTA TERBUKA UNTUK DI TEGUR DAN MENEGUR

sumber Buku Renungan Harian

Senin, 18 Oktober 2010

Memeriksa Diri (Ratapan 3:25-40)

Seorang pengusaha hotel kecil jengkel karena para tamu menuntut di perlakukan seperti tamu di hotel berbintang lima. Sering mereka mengumpat dengan wajah merah. Lama kelamaan ia memperhatikan, betapa jeleknya wajah orang saat marah. Dari situ didapatkannya sebua ide. Ia taruh sebuah cermin besar dengan lampu terang di belakang meja resepsionis. Setiap tamu yang marah bisa melihat dengan jelas wajahnya sendiri yang jelek di cermin. Cara itu ternyata membuat orang cepat sadar, lalu berhenti marah.

Denga bercermin, orang bisa menyadari kesalahannya. Dalam hidup rohani, bercermin artinya memeriksa diri, Introspeksi. Menyelidiki apakah hati kita masih lurus di hadapan Tuhan atau mulai terpikat pada jalan yang berdosa.

Kesibukan dan rutinitas kerja bisa membuat kita jarang memeriksa diri. Padahal setiap hari kita berbicara, juga membuat rencana dan keputusan. Kapan terakhir kita merenungkan: Apakah perkataan saya menyakiti orang? Apakah rencana saya seturut dengan kehendak Tuhan? Apakah keputusan saya bijak dan benar ? Sama seperti mobil perlu di periksa(tune up) secara berkala agar kondisinya tetap prima, hati kita pun perlu di tune up juga.









MEMERIKSA SIKAP DIRI SETIAP KALI MENOLONG KITA UNTUK MEMBANGUN KUALITAS DIRI

Sumber (Buku Renungan Harian)

.